Berburu Kebaikan
Sungguh,
kelak manusia akan menyesal. Menyesali setiap waktu yang mereka pergunakan.
Bahkan orang-orang baik di antara mereka pun menyesal. Mengapa dulu ia tidak
menggunakan waktunya untuk hal yang lebih baik lagi. Mengapa masih ada waktu
yang diisi dengan kesia-siaan. Mengapa tak lebih banyak berinvestasi kebaikan,
yang menjadi tabungan, terus mengalir meski jatah hidupnya telah usai.
Sebab
kehidupan dunia hanya permainan, hanya sesuatu yang melalaikan. Kecuali
dzikrullah, kecuali ibadah kepada Allah. Sesuatu yang halal dilakukan pun,
kelak akan kita tangisi karena pernah melakukannya. Betapa hidup terlalu
berharga untuk diisi selain dari persiapan dan bekal yang banyak untuk
menghadapi kematian.
Bayangkan,
jika esok adalah hari terakhir kita menghirup udara di bumi-Nya. Amal apa yang
akan kita lakukan, untuk menebus dosa-dosa yang terlampau banyak ini. Apa yang
akan kita perbuat agar di yaumil hisab, timbangan kebaikan kita tak lebih
ringan dari timbangan keburukan? Betapa banyak dari kita yang belum siap. Belum
siap jika Allah memanggil kita secepat itu. Waktu-waktu kita telah habis untuk
kesia-siaan, bahkan kita gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya!
Berapa
banyak dari waktu yang kita miliki sehari semalam yang kita gunakan untuk
berbuat kebaikan, untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan terkadang ibadah kita pun
tersusupi riya’, tercuri oleh tujuan-tujuan selain mencari ridha-Nya.
Shalat-shalat kita tak bernilai di sisi-Nya. Lantas amal apa yang kita
banggakan untuk menghadapi kematian?
Betapa ruginya
kita. Betapa sering kita lupa, bahwa kematian bisa merenggut kita kapan saja.
Sementara kita tak pernah benar-benar siap untuk menghadapinya. Kematian
semakin dekat sementara itu semakin menjulang tumpukan maksiat. Apa yang akan
kita jadikan jawaban jika kelak ditanya, untuk apa waktu-waktu digunakan?
Seorang
ulama ditanya, “Apakah kita bisa menjaga waktu kita dari hari ke hari agar
terus bermanfaat.” Ulama tersebut menjawab, “Tidak mungkin!” kemudian ia
ditanya lagi, “Bagaimana jika jaraknya dari waktu shalat ke waktu shalat?”
lagi-lagi sang ulama menjawab, “Tidak mungkin!” seperti belum puas, penanya
bertanya lagi, “Kalau begitu, bagaimana jika menjaga waktu dalam satu jam agar
tetap bermanfaat?” Ulama tersebut menjawab, “Kalau itu masih mungkin.” Lalu
yang bertanya tadi berkomitmen terhadap dirinya sendiri untuk membuat waktunya
bermanfaat dari jam ke jam berikutnya.
Butuh
perjuangan, agar kita istiqamah di jalan kebaikan. Bisa jadi detik ini kita
bersemangat, detik berikutnya kita bermaksiat. Bisa jadi pagi hari kita membaca
Alquran, siang hari lalai dari perintah Alquran. Maka kita jadikan jam demi jam
kita seperti berburu sebanyak mungkin kebaikan. Tak dibiarkan sedikit pun
tercuri oleh kesia-siaan apalagi maksiat pada-Nya. Jika ternyata kita lengah,
kita segera bangkit, kembali berjuang untuk tidak kalah.
Kita pun
mencari kebaikan yang nilainya besar, yang jika kita lakukan bisa menjadi
pahala berkepanjangan. Jadi meski kita sudah tak melakukannya, pahala terus
mengalir sampai hari kiamat. Contohnya, kita mengajak orang lain untuk berbuat
baik. Jika kemudian kita menjadi perantara hidayah baginya, setiap orang
tersebut berbuat baik maka kita mendapatkan pahala yang sama dengan yang
didapat orang itu, tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.
Oleh
karenanya, beberapa ulama salaf mengurangi porsi shalat sunnah untuk menulis kitab.
Keduanya adalah kebaikan. Tetapi pahala shalat sunnah sesuai dengan apa yang
sudah dikerjakan. Sementara dengan menulis kitab, kemudian tulisan tersebut
dibaca oleh banyak orang, menjadi perantara hidayah, maka pahala yang
terus-menerus akan didapatkan. Apalagi jika orang itu terinspirasi untuk juga
menulis kitab, mengajarkannya pada orang lain, maka betapa banyak pahala yang
akan didapatkan. Terus mengalir, terus mengalir meski jasad telah berkalang
tanah.
Sebab itu
jangan pernah lelah dalam menyeru orang pada kebaikan. Jangan pernah surut
untuk mengajak orang pada dakwah. Jika pun hanya ada satu orang dari ribuan
orang yang mendapat hidayah melalui kita, itu lebih baik daripada dunia dan
segala isinya.[Rafif]
0 Response to "Berburu Kebaikan"
Posting Komentar