Diskusi di Ruang Media Sosial
Diskusi
seru kerap kali terjadi grup whatsapp. Entah itu karena saling mempertahankan
pendapat, pro-kontra terhadap satu isu, atau perbedaan sikap terhadap suatu
masalah. Wajar-wajar saja. Di dunia nyata pun kita mengalaminya. Namun
kemudian, diskusi itu menjadi tidak sehat ketika berubah menjadi debat kusir,
menang-menangan, saling menjatuhkan, muncul rasa benci dan permusuhan.
Mental yang
harus kita bangun pertama kali, ketika memutuskan terlibat dalam diskusi adalah
mental untuk tidak menganggap bahwa pendapat kita selalu benar dan yang lain
pasti salah. Karena jika egoisme macam itu yang kita miliki, sebenarnya kita
tidak butuh ruang diskusi, kita sedang memaksakan pendapat kita untuk diterima
orang lain. Suka atau tidak suka. Maaf jika saya harus mengatakan, ini mental
seorang fasis!
Diskusi
akan hidup jika kita menerima pendapat. Setiap orang bisa jadi melihat masalah
dari sudut pandang yang berbeda, dan diskusi memberi kita kesempatan untuk
menjangkau seluruh sudut pandang yang ada, sehingga menjadi lebih bijak dalam
menyikapi persoalan. Kita harus meyakini bahwa pendapat kita mungkin benar
tetapi mungkin saja pendapat yang lain juga benar. Bisa jadi pendapat kita
kurang tepat dan pendapat yang lain lebih mendekati kebenaran. Bisa jadi pula,
pendapat yang lain justru melengkapi dan memperkaya pendapat kita. Kerangka
inilah yang harus kita bangun dalam setiap kita duduk di ruang diskusi.
Nah, dalam
media sosial, misalnya whatsapp, diskusi kita dibatasi oleh teks. Dan pemaknaan
setiap orang atas teks sangat mungkin berbeda-beda. Bisa jadi seorang
menyampaikan A, tapi kawan diskusi kita menangkap B. Sehingga kemudian diskusi
melebar dari topik utama. Kesalahpahaman seperti ini seringkali terjadi. Respon
dari peserta diskusi pun berbeda-beda. Ada yang menanggapinya terlalu keras,
sehingga menimbulkan permusuhan. Ada yang memutuskan left grup dan memutus
hubungan pertemanan. Ada yang sampai berujung pada duel fisik di dunia nyata.
Kedewasaan
kita dalam menyampaikan pendapat dan menerima pendapat adalah hal utama dalam
diskusi. Jika kita tidak siap menerima perbedaan, tidak siap menerima kritik
dan mungkin kata-kata yang terasa menyakitkan, maka sebaiknya tinggalkan forum
diskusi, atau silakan memilih menjadi penyimak saja, tidak terlibat dalam
diskusi. Apalagi jika Anda adalah tipikal yang kurang bisa menyampaikan opini
melalu teks, ini bisa jadi akan sangat berantakan. Kesalahpahaman semakin
riskan terjadi.
Media sosial
yang seharusnya merekatkan justru menjadi ruang tawuran yang menyeramkan.
Jangan sampai itu terjadi.[Rafif]
sumber gambar: dictio.id
0 Response to "Diskusi di Ruang Media Sosial"
Posting Komentar