Energi Menulis
Menulis itu
butuh energi luar biasa. Lebih luar biasa daripada sekadar berlari kelilingan
lapangan 5 kali, lebih luar biasa daripada melakukan sit up 20 kali. Menulis
bukan hanya menggerakkan fisik, tapi juga otak dan hati. Itulah mengapa menulis
seringkali membuat lelah dan lapar.
Seperti
malam ini. Demi menyelesaikan target Writing Challenge (WiCha) saya masih setia
begadang. Tinggal 300 kata tersisa. Saya berjalan mondar-mandir sambil
berpikir. Bukan karena kehabisan ide, tapi bingung apa yang mau saya tuliskan.
Kalau
bicara tentang ide, saya tak pernah kehabisan. Ada bertumpuk-tumpuk buku yang
belum saya buatkan ulasannya. Ada banyak buku pula yang sudah saya tandai
kata-kata penting di dalamnya, untuk dijadikan bahan menulis artikel. Ada lebih
banyak lagi artikel dan berita di internet yang bisa saya “daur ulang”.
Pendeknya, saya tak kekurangan ide.
Hanya saja,
justru karena itulah saya bingung mana yang harus dituliskan sekarang. Saya
tidak jadi menulis review karena pasti butuh waktu yang cukup lama untuk
menuntaskannya. Saya juga tak mendaur ulang artikel di internet karena pasti
butuh riset. Saya tidak membuat artikel dari quotes yang ada di buku karena bisa
jadi juga menghabiskan banyak waktu.
Sementara
saya hanya butuh 300 kata untuk menyelesaikan tantangan hari ini. Kondisi saya
pun sangat lelah dan mengantuk. Tidak memungkinkan untuk menuliskan ide-ide
itu. jika di pagi dengan suasana yang lebih kondusif, pasti tak masalah. Sedang
ini sudah lewat dini hari.
Maka yang
bisa saya tuliskan hanyalah catatan curhat ini. Catatan tentang bagaimana
aktivitas menulis menyedot banyak energi. 300 kata tampak sedikit, tapi ketika
sudah mulai menekan tuts keyboard, 300 kata itu seperti neraka. Apalagi ketika
rasa kantuk menjadi semakin hebat dan tulisan baru berhenti di angka 250 kata.
50 kata
seperti sedikit, tapi dalam kondisi demikian, ini seperti peperangan yang
membuat kita nyaris terpenggal. Maaf, bukan lebay, tapi saya benar-benar
kehabisan kata-kata untuk menggenapkan tulisan ini menjadi 300 kata. Atau lebih
sedikit lah. [rafif]
NB: total panjang tulisan ini 313 kata
sumber gambar: jeffbullas.com
kalau lagi banyak ide, biasanya ku tulis di catatan hape. kalo luang, cicil deh dikit-dikit hehe
BalasHapusSemangaaat... justru kebanyakan ide jadi gak ada yang ditulis
BalasHapusPadahal kebanyakan ide itu adalah sebuah ide juga
BalasHapusKeren, bikin tantangan menulis untuk diri sendiri biar terus produktif ya kak
BalasHapusHihi ceritanya penulis sedang kehabisan ide niii
BalasHapusSemangat mas Rafif, berapa hari wicha nya?
BalasHapussemangat dong, akuga kuat malah kalo disuruhnulis cuma 300 kata, maunya lebih biar lebih bebas berkreasi
BalasHapusIde banyak, cuma kadang suka gak disiplin menuliskannya
BalasHapusWhuah, setuju sekali. Menulis adalah energi yang seharusnya tak pernah mati. Harus terbiasa agar konsisten.
BalasHapusSemangat semangat menulis
BalasHapusBagi sebagian penulis, energi menulis itu = kopi ^_^
BalasHapusDitotal ternyata curhatan bisa 300an kata 😀
BalasHapusMenulis butuh effort yang luar biasa. Seperti saya tadi malam harus mengejar deadline jam 12 malam. Meskipun sedang kurang enak badan, demi janji tulisan yang harus selesai hari itu juga.
BalasHapussemangat nulis.. kalaungantuk tidur dulu hehhe
BalasHapusItulah mengapa membuat tulisan sederhana kadang justru sangat sulit
BalasHapusHe...he...he...ini bisa jadi tips jitu untuk memulai menulis
BalasHapusAku sukanya nulis sekitar 300 kata, kecuali curhaat wakak
BalasHapusWkwkwk beginilah penulis, bingung pun jadi tulisan
BalasHapusTampaknya perlu secangkir kopi lagi nih.
BalasHapusSetuju. Memang lumayan berat kerja menulis. Nampak di mata orang duduk saja dan ngetik-ngetik di keybora, tapi sebenarnya kerja otak itu lebih berat daripada mencangkul atau jadi kuli angkut ...
BalasHapusThanks sudah share ... masih belajar, berat sekali untuk menulis, banyak urusan ... ini Blog sy Desmiarti.com
BalasHapus