Hati-Hati, Kesombongan Menghancurkan
Jika
seseorang telah merasa paling benar, paling tinggi, paling berjasa, saat itulah
benih-benih kesombongan tumbuh dengan subur dalam hatinya. Tak dihiraukan lagi
nasihat, meski dari orang-orang terdekat. Ia menganggap bahwa apa yang ia
pikirkan, apa yang ia lakukan, apa yang ia putuskan sebagai kebenaran. Yang
berbeda berarti salah dan harus dienyahkan.
Kemana-mana
ia berkoar mencari dukungan, membangga-banggakan dirinya sembari menjatuhkan
saudaranya. Kemudian, kebencian merasuki hatinya. Dadanya keruh dan sempit.
Bahaya besar, jika hal ini dibiarkan. Iblis dimurkai karena kesombongannya,
merasa lebih baik dari Adam. Tidak akan masuk surga, kata Rasulullah, orang
yang di dalam hatinya ada sifat sombong, meski sebesar biji sawi.
Mengerikan.
Saya memohon kepada Allah agar dijauhkan dari sifat sombong. Sungguh tak ada
artinya kebaikan yang kita lakukan jika kita menyombongkan kebaikan yang kita
lakukan itu di hadapan manusia. Hanya agar disebut sebagai pahlawan, agar
banyak orang yang mengagung-agungkan. Agar kita dikenal. Padahal semua itu tak
ada artinya jika justru mengundang kemurkaan dari Allah.
Maka
marilah, kita periksa hati masing-masing. Jangan biarkan ada sedikit pun rasa
ujub. Kebaikan yang kita lakukan, bukan karena kita, tetapi karena Allah
memberi kita kemampuan untuk melakukannya. Itu adalah kewajiban kita. Sebab
kehadiran kita di dunia untuk berbuat sebanyak mungkin kebaikan.
Jangan
pernah merasa “di atas” sebab sebagai manusia, kita memiliki peluang yang sama
untuk berbuat khilaf. Kita sama-sama memiliki akal yang terbatas. Pendapat kita
belum tentu benar, pendapat orang lain belum tentu salah. Apa yang kita lihat
sebagai sesuatu yang cacat bisa jadi adalah kebaikan; hanya saja karena kita
tidak melihatnya secara utuh. Atau karena kita belum mengklarifikasinya, belum
tahu duduk perkaranya.
Bersikaplah
tawadhu, karena itu salah satu ciri khas seorang mukmin. Sekelas Khalifar Umar
bin Khattab saja, yang dikenal pemberani, mau menerima ketika dikritik oleh
rakyatnya. Mengapa kita yang biasa-biasa, jauh dari kualitas seorang sahabat
Rasul, tak malu ketika merasa tinggi hati di hadapan orang yang seharusnya kita
hormati? [rafif]
sumber gambar: hijaz.id
0 Response to "Hati-Hati, Kesombongan Menghancurkan"
Posting Komentar