Perang Psikologis
Dr. Ahmad
Naufal dalam pengantar buku Al-Isya’ah
yang versi terjemahannya berjudul Perang
Isu dalam Islam mengatakan, “Perang psikologis menempati posisi utama di
antara peralatan perang lainnya. Para ahli strategi militer percaya, bahwa
perang psikologis merupakan peralatan perang yang paling berpengaruh untuk
mencapai kemenangan secepat mungkin dengan resiko yang relatif kecil.”
Perang
psikologis, kata Churchill, seringkali mengubah wajah sejarah. Perang
psikologis juga dapat menimbulkan rasa gentar di dada musuh. Seperti yang
dilakukan Rasulullah selepas Perang Uhud. Saat beliau mendengar orang-orang
kafir berniat menghabisi pasukan Islam hingga ke akar-akarnya.
Rasulullah
mengajak seluruh mujahid Uhud kembali ke medan perang. Di tengah perjalanan,
beliau dan pasukan mendirikan tenda dan menyalakan api unggun
sebanyak-banyaknya. Strategi ini berhasil mengecoh dan membuat Abu Sufyan,
dedengkot kafir Quraisy itu ketakutan. Ia mengira pasukan muslim datang dengan
jumlah berlipat-lipat dari yang dikerahkan saat perang Uhud.
Perang
psikologis sangat efektif melemahkan mental dan menciutkan keberanian lawan.
Sebaliknya, ia juga memotivasi pasukan untuk berjuang. Masih tentang perang
Uhud, ketika Rasulullah menyerahkan pedang pada Abu Dujanah. Lalu Abu Dujanah
menghunus pedang itu dan berjalan seperti jalannya orang yang congkak.
Rasulullah mengatakan, “Sungguh itu cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali
di tempat ini (yakni medan jihad)…” karena itu akan menimbulkan semangat di
dada pasukan lainnya, sementara bagi musuh, ia seperti ancaman yang menakutkan.
Ketika saya
menonton pertandingan beladiri, seringkali petarung juga menggunakan strategi
perang psikologis ini. Baik dengan menggunakan gerakan maupun ekspresi wajah.
Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa: saya
masih kuat, ayo terus bertarung atau saya
lebih kuat, siap-siap kuhabisi. Meski sebenarnya, ia sendiri sudah babak
belur. Jika lawan melihatnya sudah lemah, maka semangat lawan untuk menghabisi
semakin tinggi. Dan itu akan mempercepat kekalahan.
Begitulah
perang psikologis atau psy-war dilancarkan. Dalam dunia politik, strategi ini
juga banyak digunakan. Salah satu alatnya adalah media. Dibuatlah berbagai
macam isu yang menjatuhkan lawan. Sehingga kemudian pecahlah perang isu di
media mainstream maupun media sosial. Ada istilah black campaign, yang sangat berbahaya, karena tidak hanya dapat
menghancurkan citra partai politik tetapi juga bisa meruntuhkan kredibilitas
dan nama baik seseorang.
Oleh
karenanya, Dr Ahmad Naufal, secara khusus membahas tentang Al-Isya’ah yang tak lain merupakan bagian dari perang psikologis.
Apalagi, di era sekarang, isu telah menjadi senjata ampuh untuk menghancurkan
musuh dengan lebih cepat dan efektif.[rafif]
sumber gambar: metaphysicsspeaks.com
0 Response to "Perang Psikologis"
Posting Komentar