Ratna Idraswari Ibrahim, Berkarya Lewat Kursi Roda
Ratna
Idraswari Ibrahim lahir 24 April 1949 dan menghembuskan napas terakhirnya pada
28 Maret 2011 dalam usia belum genap 62 tahun. Tatakan buku yang biasa ia
gunakan untuk membaca, turut mengantar kepergiannya ke liang lahat. Sebuah simbol
kesetiaan dan kecintaannya yang mendalam terhadap dunia literasi.
Sejak
berusia 10 tahun, Ratna Indraswari Ibrahim divonis menderita rachitis (radang
tulang) yang mengakibat tangan dan kakinya lumpuh. Sejak saat itu ia mengalami
pergumulan pemikiran yang hebat. Sebagaimana dikutip bbc.com, bahkan ia sempat mendeklarasikan diri sebagai Atheis.
Ibunya yang mengetahui hal itu hanya mengatakan, “Nanti, setelah usia 50 tahun,
kau akan kembali kepada Tuhan.” Dan kata-kata itu adalah doa, Ratna benar-benar
“menemukan” Tuhan.
Ratna
Indraswari Ibrahim menulis sejak usia remaja. Ia rela melepas almamaternya di
Universitas Brawijaya Malang untuk fokus menulis. Tetapi, karena
keterbatasannya itu, tentu saja Ratna tidak bisa mengetiknya sendiri. Ia
menuturkan lewat lisan kemudian asistennya yang menuliskan di komputer.
Sungguh, perjuangan yang tak mudah.
Tetapi
kesabaran dan ketekunanannya itu berbuah manis. Beberapa novel lahir dan
melambungkan namanya sebagai salah seorang sastrawan yang disegani di tanah
air. Sebut saja Lemah Tanjung (2003),
Bukan Pinang Dibelah Dua (2003), dan Pecinan Kota Malang (2007). Lemah Tanjung, diakui Ratna sebagai ikon
perlawanan dirinya terhadap upaya pengalihfungsian hutan menjadi perumahan elit
di Malang. Bahkan Ratna, ikut terjun dalam aksi demonstrasi yang melibatkan
banyak warga itu.
Idealisme
Ratna sangat kental melekat pada sosoknya. Baginya sastra adalah perjuangan.
Bukan alat untuk mengejar popularitas. Pemikiran itulah yang membuatnya berani
menolak penghargaan dari Menteri Urusan Pemberdayaan Wanita pada tahun 1998.
Ratna menolak karena merasa tak berhak menerima apresiasi yang bukan
menunjukkan kapasitasnya, yaitu ia dianggap berjasa dalam hal “kepemimpinan dan
manajemen peningkatan peran wanita”.
Kini,
sosoknya telah tiada. Namun semangat yang ditularkannya, inspirasi yang
ditransfer lewat karya-karya tak pernah berhenti menyala.
Referensi:
Harian
Surya, Selasa, 29 Maret 2011
id.wikipedia.org
www.bbc.com
sumbergambar: langitperempuan.com
sumbergambar: langitperempuan.com
0 Response to "Ratna Idraswari Ibrahim, Berkarya Lewat Kursi Roda "
Posting Komentar