Sombong Awal Kehancuran
Saya
membaca tulisan ini di status media sosial seseorang. Entah dari mana ia
mengutipnya, atau bisa jadi itu kata-katanya sendiri. Yang jelas, saya sepakat
sekali.
Fir’aun
hancur karena kesombongannya. Titanic tenggelam karena kesombongan pembuatnya.
Dan beberapa waktu yang lalu saya melihat, seorang petarung MMA yang belum
pernah terkalahkan, akhirnya takluk juga.
Berbeda
dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya, kali ini saya melihat kesombongan
dari sorot matanya. Ia seolah sangat yakin akan menang dan mempertahankan sabuk
juaranya. Terlihat sekali dari gayanya berdiri di atas octagon. Ia juga menolak
dan tidak mau tos.
Saat
pertarungan baru dimulai, saya sudah menduga bahwa sang juara bertahan ini akan
kalah. Dan dugaan saya ternyata benar. Ia takluk lewat kuncian (submission).
Karena
kesombongan yang menguasai jiwanya, saya tak melihat ia bertarung dengan tenang
seperti pada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Ada amarah di dalamnya.
Sikap merendahkan lawan pula.
Sama sekali
tak ada guna, tak ada kebaikan bagi orang-orang yang memiliki sifat sombong.
Justru itu akan semakin mengungkap kelemahannya. Sebab dalam sejarah panjang
umat manusia, tak ada yang bisa terus mempertahankan puncak kehebatannya.
Manusia-manusia terbaik dalam segala hal, berakhir di tempat yang sama:
kuburan.
Lantas,
bagaimana mungkin kesombongan bisa terus hadir dalam dirinya? Bisa jadi, karena
akalnya telah kalah oleh amarah dan hawa nafsu. Ia merasa telah berada di atas
langit dan lupa bahwa itu berarti memperbesar potensinya untuk terjungkal ke
bumi.
Sebaliknya,
sikap rendah hati akan membuat seseorang menjadi pemenang sejati. Lihat
bagaimana ketika Suwardi, sang juara bertahan MMA dikalahkan beberapa waktu
lalu. ia mengakui kekalahannya dan belajar dari kegagalan itu. kerendahhatian
itu membuatnya tak mudah menyepelekan lawan. Ia terus berlatih dan ketika
kembali dipertemukan, ia berhasil menang.
Rendah hati
bukan menujukkan kelemahan. Justru ia adalah kekuatan. Dengan itulah, ia terus
meningkatkan potensi yang dimiliki. Dengan itulah, ia tak pernah berhenti
belajar dan menggantungkan harapan pada Sang Maha Tinggi. [rafif]
sumber gambar: hijaz.id
0 Response to "Sombong Awal Kehancuran "
Posting Komentar