Ambisi Terhadap Sebuah Buku
Don Vincente bersaing memperebutkan buku
langka yang hanya ada satu di dunia dengan Augustino Paxot dalam suatu sesi
lelang. Buku tersebut berjudul Furs e
ordination de Valencia. Paxot memenangkan lelang itu. Namun tiga hari setelah
acara lelang, Paxot ditemukan tewas terbakar bersama toko buku miliknya.
Polisi menangkap Vincente. Kepada polisi,
Vincente mengakui perbuatannya, setelah terlebih dahulu memastikan jaminan
keamanan terhadap buku-bukunya.
Bagi sebagian orang, kisah ini cukup
menarik dan mengejutkan. Seseorang bisa sampai berbuat kejahatan dan menghabisi
nyawa orang lain hanya gara-gara buku. Hanya gara-gara cemburu, karena buku
yang diinginkan jatuh ke tangan orang lain.
Ambisi seperti yang dimiliki Vincente mungkin
terbilang langka. Pertama, karena hanya sedikit orang di dunia yang menganggap
buku sebagai benda yang paling berharga. Kedua, karena hanya “orang gila” yang
mempertaruhkan hidupnya dan hidup orang lain demi sebuah buku.
Namun demikian, Vincente-Vincente kecil
kerapkali saya temui. Seseorang yang iri dengan buku koleksi pribadi orang
lain. Misalnya, ketika satu kali saya dihubungi seseorang yang mengaku pengagum
buku Buya Hamka. Ia melihat cover buku yang saya posting di media sosial.
Judulnya, “Di Lembah Sungai Nil”. Lalu ia membujuk saya agar mau menjual buku
itu. Ia berani menebusnya dengan nominal yang cukup tinggi. Tetapi saya
menolak.
Orang tersebut terus membujuk. Sementara
saya masih merasa eman untuk
melepasnya. Buku bercover merah itu sangat langka. Seumur hidup, baru sekali
itu saya melihat wujudnya. Saya mendapatkannya dengan harga tidak sedikit dalam
sebuah lelang di FB. Lalu karena merasa gagal merayu, tiba-tiba ia marah-marah
tidak jelas. Saya biarkan saja, enggan meladeninya.
Cara seperti itu tentu bukan adab seorang
pembaca dan pecinta buku. Saya percaya, sebagaimana jodoh, buku telah memiliki
takdirnya masing-masing untuk bertemu dengan pemiliknya. Jadi tak bisa
dipaksakan.
Jika memang sangat menginginkan, silakan
berharap dan berdoa, sambil berusaha. Tatap cover buku yang diinginkan
lama-lama, imajinasikan ia akan mengisi rak koleksi pribadi Anda. Beberapa kali
cara ini berhasil saat saya praktekkan.
Jika sampai sekian lama, buku itu tak
datang juga, tak perlu berduka. Buku bagus di dunia ini tak cuma satu. Cari dan
silakan berburu buku lainnya. Yang lebih langka, yang lebih bagus masih banyak.
Tak perlu iri pada milik tetangga, bisa jadi koleksi yang kau punya lebih
dahsyat darinya. Atau yang akan kau dapatkan setelahnya, sangat tidak terduga.
Gairah untuk mendapatkan buku tertentu
seperti ini silakan terus dipelihara. Sah-sah saja menurut saya. Malah menambah
semarak iklim perbukuan. Orang yang mengetahui dan melihat bisa jadi ikut
tertular semangat. Ikut jatuh cinta pada buku-buku.
Tapi jangan lupa, membacanya jauh lebih
penting daripada sekadar mengoleksinya. Jika sudah menjadi milik pribadi,
jangan sia-siakan, baca sampai selesai.
Setuju?
0 Response to "Ambisi Terhadap Sebuah Buku"
Posting Komentar