Musik, Stand up comedy, dan Puisi
Saya heran,
kenapa lagu banyak diminati, stand up
comedy banyak disukai, sementara pembacaan puisi selalu sepi. Padahal
esensi ketiganya sama; hiburan yang diperdengarkan. Apa yang salah dengan
puisi?
Musik
bagian dari seni, puisi juga bagian dari seni. Lirik-lirik lagu seringkali
dicipta dari puisi. Saat masih berbentuk puisi, tak ada yang melirik. Ketika
sudah menjadi lagu tiba-tiba digemari dan dihafal berjuta-juta orang. Apa yang
salah dengan puisi?
Stand up comedy menghibur kadang juga mencerahkan. Tidak hanya
hiburan tapi tak jarang berisi sindirian dan kritikan tajam. Puisi pun
demikian. Tetapi banyak orang yang meremehkan, menertawan ketika puisi
dibacakan. Padahal isinya sarat dengan nilai dan perenungan. Apa yang salah
dengan puisi?
Sebab
seringkali puisi sulit dipahami? Njelimet?
Tidak juga. Masih banyak puisi yang bisa dipahami sekali baca, sekali dengar.
Puisi-puisinya Taufiq Ismail misalnya, tak sulit untuk memahaminya bahkan untuk
seorang yang belum mengecap pendidikan sekalipun. Sebaliknya, lagu-lagu kadang
tak jelas liriknya. Hanya musik yang menggema-gema, tapi tetap saja orang
senang. Stand up comedy kadang garing
juga, tapi tetap saja memaksakan diri untuk tertawa. Apa yang salah dengan
puisi?
Apakah karena
tanpa iringan musik? Sudah ada musikalisasi puisi. Tetapi tetap sepi pemirsa. Stand up comedy pun tanpa iringan musik,
banyak penontonnya. Lagu-lagu kadang dinyanyikan tanpa musik, tetap saja orang
menghafal dan melagukannya dimana-mana. Apa yang salah dengan puisi?
Jika dulu,
di tanah Arab, menghafal puisi atau syair adalah kebanggaan yang diwariskan
turun temurun, mereka menempatkan ahli syair sebagai bagian dari kalangan
terhormat, saat ini para penyair di negeri ini bahkan sama sekali tak mendapatkan
tempat. Ruang ekspresi pun sangat terbatas. Apa salah puisi?
Jika
pekerja seni sekelas penyanyi-penyanyi ternama, yang mereka gak menciptakan
lagu, hanya menyanyika saja diganjar demikian besar setiap penampilannya,
mengapa para penyair tidak demikian? Buku-buku puisi selalu masuk daftar paling
buntut di rak buku, diretur, diobral. Betapa miris. Betapa menyedihkan.
Apakah kita
tak lagi butuh puisi? Atau sebaiknya para penyanyi dibubarkan dan puisi
dibumihanguskan dari dunia ini? Karena sudah ada music yang katanya bikin hidup
berwarna. Sudah ada stand up comedy yang mengocok perut dan menghilangkan
stress.
Jadi, puisi
dikubur saja? Saya ingin tahu, apakah dunia ini akan tetap indah tanpanya.
sumber gambar: hipwee.com
0 Response to "Musik, Stand up comedy, dan Puisi"
Posting Komentar