Reaksioner Tanpa Membaca Tuntas
Salah satu
tulisan saya di UCNews terkena offline. Itu hukuman bagi artikel yang memuat
gambar atau kata-kata vulgar. Atau artikel yang digolongkan membahas hal-hal
sensitif. Sebagai konsekwensinya, poin kredit saya dikurangi 30 hingga menjadi
70 poin. Konskwensi berikutnya, jumlah artikel yang bisa saya terbitkan dalam
satu hari dibatasi hanya 1 artikel saja.
Hal ini
tentu sangat merugikan bagi saya, karena saya tidak dapat mengikuti challenge
yang mengharuskan menulis minimal 25 artikel dalam 5 hari. Jumlah view
keseluruhan artikel saya juga akan berkurang dan itu berarti otomatis akan
membuat penghasilan harian juga berkurang.
Baik,
lupakan saja itu. yang ingin saya bahas sebenarnya adalah tentang artikel yang
di-offline itu. Judulnya memang terkesan kontroversial: Orang yang Shalat
Seperti Ini, Disebut Seburuk-buruk Pencuri. View-nya sudah ribuah dan saya kira
tidak ada masalah. Dua komentar pertama juga positif. Hanya saja komentar
ketiga cukup mengagetkan. Intinya, ia protes dan menganggap saya sok tahu
agama. Ia juga menuduh saya menulis yang mengada-ada.
Padahal,
dalam artikel tersebut saya ingin menerangkan bahwa hendaknya shalat dilakukan
dengan tumakninah. Isinya sebagian besar adalah cerita yang bersumber dari
hadits shahih. Kutipan judul pun saya ambil dari hadits shahih yang mengatakan
bahwa orang yang shalat dengan tergesa-gesa oleh Rasulullah SAW disebut sebagai
seburuk-buruk pencuri.
Barangkali,
komentator ketiga tadi terlalu cepat mengambil kesimpulan hanya dengan membaca
judul saja. Tanpa membaca isinya. Ini yang seringkali juga saya temukan di
media sosial atau teman-teman yang membaca berita lewat portal online. Hanya
membaca judul, lalu mencak-mencak tak karuan.
Padahal
terkadang, isinya tak seperti yang mereka bayangkan. Judul hanyalah pemantik
agar orang mau membaca. Isinya justru terkadang berkebalikan.
Namun dalam
kasus artikel saya, sebenarnya saya ingin memancing pembaca agar penasaran,
shalat seperti apa yang disebut seperti seburuk-buruk pencuri. Saya juga ingin
mereka bertanya-tanya, siapa yang menyebut demikian.
Jika mereka
mau bersabar untuk membaca, semua jawabannya ada dalam artikel. Yang menyebut
seburuk-buruk pencuri bukan saya. Tapi Rasulullah SAW. Dan itu berdasarkan
hadits shahih. Jadi tak terbantahkan. Saya hanya mengutip saja.
Kalau ada
yang tidak terima setelah membaca, berarti tidak terima pada sabda Rasulullah
SAW. [rafif]
sumber gambar: twitter.com
0 Response to "Reaksioner Tanpa Membaca Tuntas "
Posting Komentar