Kiat Menjemput Ide (1): Menempuh Rute Berbeda
Seorang karyawan di sebuah perusahaan berkata, "10 tahun saya di perusahaan ini, setiap berangkat dan pulang kerja selalu menempuh rute yang berbeda."
Bagaimana bisa? Ia berjuang untuk itu. Tak jarang ia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai ke kantor, atau ketika pulang ke rumah. Gang-gang kecil dan sempit, jalan-jalan berdebu dan lengang ia susuri. Kadang memutar dulu, berlawanan arah dengan tujuan, melewati jalan-jalan yang lebih ramai dan macet. Yang penting, harus rute baru. Tak boleh sama.
Kebiasaan unik itulah yang membuatnya bersemangat setiap hari. Melihat hal-hal baru, bertemu dengan orang-orang baru, menemukan hal-hal yang menantang dan menguji kesabaran. Daya kreatifnya tumbuh, imajinasinya terasah, ingatannya kuat.
Saya kira, penulis perlu mencoba cara ini, terutama sekali jika sedang buntu ide. Aktivitas yang monoton kadang membuat ide buntu dan semangat menulis pun layu.
Cobalah misalnya, bersepeda atau jalan-jalan santai setiap pagi, mengitari lingkungan sekitar tempat tinggal. Pulang dan pergi dengan rute yang berbeda. Sapalah dengan senyum setiap orang yang ditemui. Hirup udara segar sebanyak-banyaknya. Dan mulai pikirkan dalam kepala, tulisan-tulisan yang belum rampung karena writer's block. Atau pikirkan tentang karya-karya baru yang ingin ditulis.
Ini adalah cara sederhana mengundang ide-ide datang dengan cepat dan liar. Ia akan berhamburan memenuhi kepalamu. Kemudian, tinggal menangkapnya satu persatu, dan dieksekusi menjadi sebuah karya.
Saya sering melakukannya. Tak lupa membawa ponsel. Begitu ide datang, menepi, dan langsung saya catat. Kadang hanya berupa sebait puisi, atau satu kalimat untuk esai singkat, atau hanya sekilas ide cerita. Kemudian lanjut bersepeda lagi, pikirkan kembali ide tadi, ketika menemukan lanjutannya, catat lagi. Begitu seterusnya.
Mudah, bukan?
sumber gambar: bikemap.net
0 Response to "Kiat Menjemput Ide (1): Menempuh Rute Berbeda"
Posting Komentar