Pelajaran Pertama untuk Buah Hati: Mencintai Buku
Sejak anak pertama saya belajar bicara, dan ditanya tentang cita-cita, ia menjawab lugu: "Aku ingin jadi buku!"
Tak ada yang mengajari. Tiba-tiba kata itu meluncur dari bibir mungilnya. Ingin jadi buku. Seolah buku adalah sesuatu yang paling berharga dan tak tergantikan. Dan seolah ia memahami itu jauh lebih baik dibandingkan pemahaman orang-orang dewasa.
Setiap hari Safa bergelut dengan buku. Karena rumah jadi satu dengan toko buku, mau tidak mau tiap hari ia bertemu dengan buku. Tetapi di kamar pun ada buku. Di dapur ada buku. Di ruang keluarga juga ada buku. Dimana-mana ada buku. Selama mata belum terpejam, buku adalah benda yang paling sering dilihat.
Seiring waktu, kecintaan Safa pada buku bertambah. Kemana-mana membawa buku. Ketika menunggu dijemput sepulang sekolah, tangannya selalu terlihat memegang buku. Kalau tidak membaca, ya menulis.
Buku-buku anak dilahapnya habis. Majalah Bobo entah sudah ludes berapa eksemplar. Lalu kini beralih ke bacaan remaja. Buku-buku Islami terbitan Dar Mizan era 2000an awal menjadi pilihan. Saya memang mengoleksinya di peepustakaan pribadi. Sebagian penulisnya adalah aktivis FLP. Beberapa saya kenal.
Lain lagi dengan adiknya. Kalau saat bayi, Safa saya bacakan novel The Road to The Empire, Hanin saya bacakan To Kill Mockingbird. Lalu di usianya yang 7 bulan, pelan-pelan mulai saya perkenalkan dengan board book. Ia bermain-main sendiri dengan buku tebal itu. Kadang ditepuk-tepuk, kadang digigit. Saya biarkan ia "menekuri" buku itu. Kelak ia akan tahu, apa yang dulu ia anggap mainan, adalah kunci kehidupan dan kebijaksanaan.
Buku, seharusnya ia benda pertama yang lekat dengan anak-anak. Bukan gawai, bukan televisi. Gambar dan tulisan dalam buku yang seharusnya ia lihat, bukan video youtube atau tontonan sinetron dan iklan TV.
Orang tua seharusnya mengerti, bahwa mencintai ilmu yang hendaknya ditancapkan pertama kali ke dada buah hati. Dan gudang ilmu adalah buku. Maka ajarkanlah mereka menyukai buku sedini mungkin. Dekatkan mereka pada buku sedini mungkin. Jika engkau mati sebelum anak-anakmu tumbuh besar, paling tidak ia telah memiliki bekal untuk hidup: mencintai buku, mencintai ilmu. Itulah yang menyelamatkannya di dunia dan akhirat. (@rafif_amir)
0 Response to "Pelajaran Pertama untuk Buah Hati: Mencintai Buku"
Posting Komentar